1/8/24

📜 Cerpen | Lautan Rindu dari Nala ✒️

 Lautan Rindu dari Nala

Oleh Nasywa Aurelia Putri


“Mbak kapan pulang” Pertanyaan itu sudah pasti akan terucap oleh sang ibunda di sela-sela panggilan beberapa bulan terakhir ini. Bukan tanpa alasan ibunya bertanya demikian. Semenjak Nala dipindah tugaskan di salah satu rumah sakit yang berada di Nusa Tenggara Timur. Anak semata wayangnya ini jarang sekali untuk mengunjungi rumahnya, bahkan kedatangannya pun dapat dihutung oleh jari tangan. 

“Aku gabisa janjiin bu, ini pasienku tiap hari juga nambah banyak, doain ya bu pandemi nya cepet berakhir, biar aku bisa pulang ketemu ibu” Jawaban dari Nala yang masih setia mengapit handphone nya diantara telinga dan bahunya dengan tangan yang masih sibuk membereskan meja kerjanya yang tampak rusuh. 

“Kalau pulang kabarin ya mbak, nanti ibu bikinin gulai sapi kesukaanmu” 

Ibu nala memang jauh dari kata sempurna, namun bagi Nala ibunya adalah tempat ternyamannya untuk pulang, sepasang telinganya siap mendengar segala keluh kesah dari anaknya. Rengkuhan hangatnya selalu terbuka lebar untuk Nala, Senyumnya akan selalu merekah saat melihat lahapnya Nala memakan gulai sapi di meja makan.

“Iya ibu makasi ya, aku tutup dulu”

“eh tunggu mbak, ibu lupa mau bilang. Kemarin ada temanmu SMA datang kerumah bilang mau ketemu sama kamu, ibu lupa namanya siapa, dia ngasih vinyl suruh kasih ke kamu. Ada suratnya ibu gaberani buka”

Deg

Aktivitasnya terhenti tatkala cerita ibunya disebrang sana masuk ke indera pendengarannya. Bayang-bayangan kelam nya terbersit dipikirannya bak pemutar kaset rusak yang disetel secara acak-acakan. Nala merasakan kembali rasa yang pernah ia rasakan beberapa tahun lalu. Rasa yang sangat amat membuat Nala seolah berada di ujung jurang. 

“Ibu, ibu ingat ciri-cirinya?” tanya Nala dengan bersusah payah meyakinkan hatinya bahwa seseorang yang dibicarakan ibunya bukan seseorang yang dimaksud oleh pikirannya. 

“Tinggi anaknya, ganteng, ada tahi lalat dihidungnya, kayanya anak band gitu sih kak, kemarin ibu lihat ada gitar-gitar gitu di mobil. 

Sudah, sudah cukup Nala sudah tidak waras. Ia yakin betul bahwa pria yang kemarin menyambangi rumahnya itu adalah laki laki yang selama ini ia tunggu kabarnya, ia doakan kemanapun langkahnya dan ia nanti-nantikan pertemuannya. 

“Bu aku minta tolong simpenin barangnya ya, aku usahaiin buat secepatnya pulang, dadaaa ibu”

 Panggilan terputus. Lebih tepatnya terputus secara sepihak oleh Nala. Pikirannya pun sudah tidak sinkron dengan segala tindakannya. Nala bingung haruskah ia Bahagia? atau justru ia sedih karena menerima kenyataan bahwa orang itu bukan orang yang Nala inginkan kehadirannya. Pusing, itulah yang ia rasakan saat ini. Ingin sekali ia kembali saat ini juga namun apalah daya yang disini sangat membutuhkan kehadirannya.

Jarum jam sudah menunjukkan angka 20.45. hanya tersisa 15 menit lagi jadwal shift Nala berakhir. Dirinya sudah bersiap-siap mengemasi peralatannya dan hendak meninggalkan ruang praktiknya. 
“permisi dokter Nala, dipanggil Pak Andre keruangannya sekarang ya dok”


12 Desember 2012
Now you want me to forget every little thing you said…

“Nalaaa”
Suara melengking dan nyaring itulah yang tiap hari Nala dengar, kalau bisa sebenarnya Nala ingin menukarkan teman nya satu ini dengan spesies alien yang hanya bisa mengeluarkan bunyi preketek preketek. Sephia namanya, gadis dengan kuncir kuda yang lengkap dengan pita merah mudanya. Tampilannya sangat berbanding terbalik dengan tingkahnya. Mulutnya akan selebar Samudra hindia saat dia tertawa dan akan menjadi sambal terpedas saat membicarakan seseorang. 

“piaa please lo jangan ganggu gue, gue lagi menghayati lagu malah lo potong sama suara toa lo itu” Ucap Nala sembari melepas headphone yang sedari tadi bertengger di kepalanya. 

“idih selera music lo kaya aki gue, ayo ah pensi nya mau mulai” ejek Sephia sambil mengunyah permen karet nya yang mungkin warnanya sudah mulai memudar karena dikunyah sedari tadi. 

Melihat Nala tak menggubris ucapannya, ia tarik tangan Nala sampai sang puan mengaduh. Namun apa boleh buat, Sephia sudah memberikannya tatapan maut. Matanya seolah sedang menyiapkan bom yang sewaktu waktu akan Meletus. Dan letusannya akan membuat Nala berlari terbirit birit menghindar darinya. Mau tak mau Nala berjalan mengikuti Sephia, dirinya sudah pasrah ketika Sephia membawanya kebarisan depan panggung. Bagi Nala ini bukan tempat yang strategis untuk menonton pensi. Nala hanya bisa memaksakan senyumannya ketika melihat Sephia dengan rasa penasarannya yang tinggi melompat lompat kegirangan bak anak kecil yang melihat balon warna warni.

“udah yuk pul-” Belum sempat Nala melayangkan protes, musik keras menyambar pendengarannya diiringi dengan kedatangan segerombolan anak anak laki laki yang naik ke atas panggung yang Nala yakini itu adalah anak band dari sekolahannya. Nala dapat menyimpulkan hal tersebut karena melihat Sadam dan Prian yang merupakan kawan satu kelasnya. 

Sang penyanyi sudah mulai menyanyikan lagu pertamanya, lagu asli ciptaan band mereka sendiri. Namun entah kenapa semua penonton terdiam, tak terkecuali Sephia. Dia terlihat sibuk sendiri memainkan handphone nya. Jujur saja Nala merasa sedikit kasihan melihat penampilan mereka harus mendapatkan respon yang kurang mengenakkan. Padahal menurutnya lagunya bagus-bagus saja mungkin ritme nya sedikit diperlembat agar lebih enak untuk didengar. 

10 menit berlalu lagu demi lagu telah berhasil dinyanyikan, namun hanya mendapat beberapa applause salah satunya adalah dari Nala. Entah mengapa semua orang enggan memberikan responnya terhadap band hebat itu. Apakah mereka tidak bisa menghargai penampilan seseorang?.Nala tidak habis pikir. Netranya tak sengaja bertatapan dengan jelaga hitam pekat milik laki laki diatas sana. Ada rasa kekecewaan dari tatapan sang pria di sebrang sana. Tatapannya seolah olah memanggil manggil Nala.Hingga suara mc itu memutus lamunan mereka berdua. 

Hingga sampailah mereka dipenghujung acara yang ditutup oleh sephia yang berhasil mendapat doorpize sepeda. Lompatan girangnya Kembali beserta tawanya yang seperti mengajak seluruh orang disana melihat betapa beruntungnya dia hari ini. Sephia terus memandangi sepeda berwarna pink nya itu sampai Nala muak melihatnya. Maka beranjaklah Nala dari tempat duduknya dan berpamitan untuk pergi berjalan jalan disekitar sekolah yang hanya diangguki anggukan oleh Sephia. 

Pikiran Nala masih tak bisa lepas dari tatapan yang ia lihat saat di panggung tadi. Sebenarnya dia siapa? Mengapa tatapannya begitu berbeda?. Jujur saja Nala sanggat penasaran. Ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan laki laki itu. 

“ga becus lo aksa” 

Gumaman itu terdengar jelas ditelinga Nala, kala dirinya melewati ruang music. Entah kenapa koridor ini begitu sepi hingga Nala nyaris takut dibuatnya. Tetapi Nala berfikir apa ada hantu di siang bolong seperti saat ini. Ia beranikan diri untuk melihat dari balik jendela kaca diruang music itu. Dapat ia lihat dengan jelas laki laki yang menghantui pikirannya beberapa jam yang lalu tengah berada disana bersandar pada dinding seorang diri. 
Tetapi Dewi Fortuna tidak memihak Nala untuk saat ini, kehadiran Nala disadari oleh yang didalam sana. Nala dengan kecepatan larinya yang bisa dibilang pas pas an itu nekat berlalu meninggalkan koridor. 3 langkah, 4 langkah, dan
“Tunggu” suara bariton itu menginterupsi pergerakan dari Nala yang membuat dirinya berhenti dari larinya dan menoleh kebelakang dengan menampilkan senyum pepsodent yang memperlihatkan gigi kelincinya.

“Maaf, tadi ga sengaja beneran deh suwer” ujar Nala dengan mengangkat tangan memberi gestur perdamaian dengan masih tersenyum. 

Pria itu tak menjawab justru melangkah mendekati tubuh mungil Nala dengan wajah tanpa ekspresinya. Jujur saja bagi Nala sangat creepy mengingat lorongnya sangat sepi. Ia hanya takut mahluk didepannya ini adalah sejenis vampir. 

“terimakasih ya” akhirnya laki laki itu membuka suara untuk kedua kalinya dengan diiringi senyuman manisnya dan uluran tangan. 

Nala mengangkat satu alisnya kebingungan. Terimakasih? Untuk apa? Apakah dia baru saja menyelamatkan dunia? Apakah dia menyelamatkan nyawa seseorang? Nala rasa ia tidak pernah bertindak se heroic itu. Tapi jujur saja wajah laki laki itu dilihat dari dekat seperti ini berkali kali lipat lebih tampan. 

“tepukan tangan lo, makasi ya?” ia menggantung kalimatnya karena Ia bingung menyebut siapa lawan bicaranya ini. laki laki itu mengerakkan tangannya yang akhirnya dibalas jabatan oleh Nala. 

“Nala, lo sendiri?”

“Raksa”

Perkenalan singkat itu yang membawa mereka berdua kedalam suatu kisah yang menghidupi narasi ini. Kisah yang membuat mereka ingin abadi untuk selamanya. 
Setelah pertemuan pertamanya itu. Mereka berdua sering kali menghabiskan waktu Bersama. Awalnya pembahasannya hanya seputar musik. Raksa memang sering kali menciptakan lagu karena lagu adalah media untuk mengabadikan suatu momen baginya. Sebelum ia berikan ke teman-teman band nya. Raksa akan lebih dahulu memberi tahu Nala lirik dan arasemen buatannya. 

“Cita-cita lo jadi apasih sa?”

“Gue? Gue mau jadi musisi la, gue suka music kalau gue ciptain musik pasti ada arti dan alasan di balik itu gue suka la, lo sendiri kenapa suka musik?”

“Suka aja soalnya kalau belajar gampang pusing” 

“Aduhh gitu ya bu dokter”

“Ih apasih jangan ibu dong keliatan tua”

“Trus apa dek dokter?”

“Apasih, nyebelin banget sih lo”

Percakapan demi percakapan mengalir begitu saja hingga rasa itu tumbuh diantara mereka berdua. Raksa yang pertama menyadarinya. Ia akan selalu Bahagia dan melupakan segala kesusahan, kesulitan di hidupnya ketika bersama Nala. Dirinya benci apabila muram dan sendu ada pada perempuan yang memiliki nama secantik parasnya. Arunala. 
Hingga suatu saat ayah Raksa yang berprofesi sebagai seorang TNI AD dipindah tugaskan ke Kalimantan. Mau tak mau Raksa juga ikut kesana. Mereka berdua sebenarnya tidak ingin berpisah namun apalah daya waktu dan keadaan tidak memihak kepada mereka. Tidak ada yang lebih jahat dari keadaan saat itu. 

Sebelum keberangkatannya Raksa berjanji pada Nala akan mengabari kegiatan apapun disana, tak akan terlewatkan satupun. Nala hanya bisa memegang janji itu. Meski masih terselip perasaan tak rela yang bergejolak dalam dirinya. 
20 Desember 2013 Raksa meninggalkannya. Nala hanya bisa melihat punggung Raksa yang perlahan menjauh dan menghilang ditelan oleh kerumunan para penumpang pesawat yang berlalu lalang. Perasaannya saja belum sempat tersampaikan kepada Raksa namun jahatnya waktu, mereka justru terpisahkan, Hari itu juga Nala merasakan rasa sakit yang akan abadi di dirinya. 

Kehidupan Nala berjalan seperti biasanya. Ocehan Sephia sudah tidak bisa lagi mengembalikan senyum lebarnya. Hari demi hari Nala lalui ia masih menunggu Raksa menepati janjinya. Janji dimana ia akan menghubunginya kelak saat tiba di sana. Namun 1 bulan sudah dilalui namun masih tak ada tanda-tanda Raksa mengingat janjinya. Bahkan pesan yang Nala kirimkan melalui line pun taka da tanda-tanda akan dijawab atau bahkan dibaca oleh si penerima.


“Assalamualaikum ibu, Nala pulang!!!”
Suara Nala menggema keseluruh isi rumah. Membuat sang ibu yang sedang memasak gulai di dapur beranjak pergi menuju pintu depan menyambut perempuan cantiknya itu. Sudah berapa lama ia merindukan harum rumahnya kini rindunya terbayar sudah.

Sudah puas memakan gulai sapi buatan sang ibunda. Nala memutuskan untuk beristirahat sejenak dikamarnya. Melepas rindu di ruang yang menyimpan sejuta kesenduannya dahulu. Ruang yang dapat mendengar dan meredam tangisan Nala dari hiruk pikuk orang-orang diluar sana. 
Netranya tertuju pada box kecil diatas Kasurnya. Tanpa babibu ia bukalah itu. Nampak sebuah kaset vinyl dari salah satu band lawas yaitu  Michael learn to rock yang nampak masih bersegel. Ia keluarkan dan mendapati secarik kertas berwarna coklat muda gelap yang hanya berisi beberapa untaian kalimat saja dan satu kartu nama label musik. 

Keesokan paginya Nala bergegas pergi mengunjungi label musik itu. Masih dengan satu harapan bertemu dengan Raksa. 

“Permisi, saya mau bertemu dengan pak Raksa nya ada?” ucap Nala bergemetar kala mengucapkan namanya. Rindu, rindu sekali dirinya dengan Raksa. 

“Maaf? Pak Raksa ya, disini sepertinya tidak ada karyawan dengan nama itu?, tapi sebentar coba saya tanyakan dahulu ya bu”

“Baik”

5 menit kemudian seseorang memanggil namanya. Nala mendongakkan pandangannya dan menatap penuh tanya kepada pria dewasa yang mengenakan setelan jas persis CEO di drama korea yang sering Nala tonton berdiri tepat di depannya. Apakah ini Raksa? Kenapa wajahnya begitu berbeda? Sudah selama itu kah ia meninggalkannya hingga ia sendiri tidak mengenalinya. 

“Nala udah lama banget ga ketemu” ucap laki laki itu spontan kala melihat Nala. 

Yang ditatap sepertinya mengetahui Nala masih mencerna apa yang terjadi dan bertanya tanya siapakah dirinya. Dengan rasa peka yang tinggi, laki laki itu memperkenalkan dirinya sebagai Sadam. Iya betul sekali dia adalah Sadam teman sekelas Nala yang dulunya tergabung dalam satu band Bersama dengan Raksa. 

“Astaga lo Sadam yang dulu kecil itu kan?, haha gimana gimana kabar lo?”

“Hahaha baik baik gue, lo gimana? Masih cariin Raksa?”

Senyum yang semula lebar kian meredup mendengar pertanyaan dari lawan bicara. Sadar akan hal itu Sadam buru-buru mengalihkan topik menanyakan profesi Nala. Hingga perbincangan itu merambat hingga ke inti. 

“Yang kemarin kerumah itu lo dam?”

“Iya, gue kemarin bersih-bersih rumah lama gue trus nemu barang itu dan gue inget itu dari Raksa suruh kasih ke lo. Trus gue kerumah” tuturnya menceritakan rincian kejadian kemarin. Yang membuat hati Nala sedikit kecewa karena yang ia harapkan dating kerumanya adalah Raksa namun ternyata bukan. 

Sadam kemudian bercerita mengenai keadaan Raksa. Sejujurnya setelah Raksa terbang kala itu. Sadam mendengar kabar dari ayahnya yang seorang reporter bahwa pesawat yang ditumpangi temannya itu terjatuh di lautan. Sedihnya Sadam kala itu. Namun tidak ada yang tahu seorangpun kecuali dirinya dan keluarganya. Karena berita itu dilarang tayang entah karena apa hingga saat ini Sadam pun tidak tahu penyebabnya. Yang ia tahu adalah kenyataan bahwa sahabatnya Raksa tewas dalam tragedi itu. Beberapa bulan lalu ia mencari keluarga Raksa dan keluarganya mengantarkan Raksa ketempat istirahat kekalnya Raksa. Tangis Nala luluh lantah mendengarkan penuturan Sadam. Sadam sendiri pun demikian. 

“Raksa udah ga ada dam?” Hancurnya hati Nala, seperti ditembak menggunakan 1000 peluru dalam waktu yang bersamaan. Sesak sekali dadanya hingga ia pun kesulitan untuk bernapas dan berbicara. Sadam melihat itu pun segera menawarkan minum untuk meredakan sesaknya. 

“Ikhlasin la, gue anterin ke sana sekarang kalau lo mau”

“Mau dam ayo sekarang, gue pengen lihat dia”

Dengan cepat Sadam menyuruh asistennya untuk mengambilkan mobil nya. Kali ini bukan supir yang menyetir mobil ferarry itu tapi dirinya sendiri lah. Di dalam mobil hanya keheningan yang dirasakan. Atmosfer udara di dalamnya nampak sendu. Sadam pun Kembali teringat dengan sahabat karibnya dan Nala teringat betapa berartinya kehadiran Raksa dihidupnya. Nala masih belum berhenti menangis hingga ia merasakan kepalanya pusing.

Bersamaan dengan itu mobil Sadam berhenti di sebuah kompleks pemakaman yang nampak asing di mata Nala. Tak ada yang menyangka akhir dari penantian Nala akan menjadi seperti ini. Dahulu setiap hari ia ber andai andai bertemu dengan Raksa dewasa yang sudah berhasil menggapai impiannya begitupun juga Nala dan Kembali tertawa tawa seperti saat itu. Namun Batu nisan yang bertuliskan namanya saja sudah terlihat jelas di mata Nala. Langkahnya terhenti ketika melihatnya. Jantungnya berdegup tak karuan. Bibirnya ia gigit untuk meredam rasa sakit yang Kembali menjalar dirinya. Lututnya lemas ketika berdiri tepat di tempat Raksa berada. Sadam pun izin menjauh untuk memberikan raung kepada Nala untuk meluapkan segala kerinduan yang ia tahan selama bertahun-tahun. 

“Raksa Jahat kenapa lo ninggalin gue secepet ini, kenapa? Gue bahkan belum sempet ngobrol Panjang banget sama lo. Sa bangun sa gue disini sa gue udah jadi ibu dokter sama kaya yang lo bilang dulu. Gue ga takut waktu sumpah dokter kemarin karena gue keinget kata kata lo buat ga takut coba sesuatu. Gue selalu setel kaset pemberian lo dulu waktu gue capek belajar sa, karena disitu gue bisa ketemu sama lo meskipun itu cuma suara lo doang Gue selalu nantiin jawaban tiap tiap buble pesan yang gue kirim ke lo. Berharap tanda centang itu berubah menjadi centang biru sa. Gue tiap hari berdoa supaya gue bisa cepet cepet ketemu lo”

Tangis Nala pecah hingga ia duduk tersimpuh didepan Raksa. Dari jauh Sadam dapat melihat Nala. Baru kali ini ia melihat Nala sehancur dan serapuh ini. Dunianya yang selalu ia nantikan dan selalu ia doakan ternyata telah meninggalkannya terlebih dahulu. 

Teruntuk Nala 
Maaf gue memang bukan seseorang pemberani, gue seorang pengecut yang hanya berani menulis perasaanya dan disampaikan lewat surat ini. Tapi semoga lo baca ini sebelum gue pergi ya. I love you Nala, Gue suka sama lo. Lo rumah gue la. Pertemuan itu yang bikin gue yakin rumah gue itu di lo. Disaat yang lain menganggap gue sebagai sampah, Cuma lo doang yang anggap gue manusia la. Luka gue perlahan bisa sembuh karena lo. Gue yakin sama mimpi gue karena lo. Terimakasih ya la gue gabisa sok sok an puitis gue nulis apa yang ada dihati gue aja. Semoga nanti kita ketemu lagi menjadi versi terbaik dari kita gue jadi band terkenal, lo jadi ibu dokter yang pakai jas putih bawa stetoskop jalan tegap dikoridor rumah sakit sebagai malaikat penolong buat semua yang ada disana. Gue berdoa semoga kita bertemu lagi la. Gue janji gue bakalan samperin lo kalua gue balik ke sini. 
Ohiya vinyl nya jangan lupa didengerin ya la susah banget nyarinya harus ke pasar lama dulu. Semoga suka jangan dirusak tapi. Kalau lo kangen play itu aja, opsi lain lo telfon gue hehe dadaa Nalaa….sampai ketemu di versi terbaik kita. 
Tertanda Raksa


15 Desember 2013


🕰️ Jalur Rempah Nusantara 🎞️

Jalur Rempah Nusantara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rempah-rempah adalah berbagai hasil jenis tanaman yang beraroma yang digunakan untuk memberikan bau dan rasa khusus pada makanan.

Sejak sebelum masehi, rempah rempah tuh udah diperdagangkan ke berbagai wilayah di dunia. Dan kalau kita ngomongin rempah-rempah pasti ngelibatin nenek moyang kita dong karena penghasil rempah rempah ini sebagian besar berasal dari Indonesia. Tapi… kalian tau ga sistem dan jalur perdagangannya tuh gimana? 🤔 Yuk, simak beberapa infografis kita di bawah ini!






1/5/24

🤟🏻 Cover Music Video 🎬

Cover Music Video - Seni Budaya

Untuk mengakhiri pembelajaran Seni Budaya di semester ganjil, Ibu Yusma Hermawati, S.Pd. memberikan tugas kelompok untuk membuat klip video cover. Pada tugas ini kami diperintahkan untuk membuat video cover klip dari sebuah lagu yang sudah dipilih dan disepakati oleh masing-masing kelompok, kemudian diunggah di channel YouTube kelas.

💥🎶 Tolong streaming dan dukungannya ya teman-teman! Jangan lupa juga buat subscribe, like, share, dan comment juga yaa ‼️🚨

Berikut ini adalah hasil tugas Cover Video Clip setiap kelompok di kelas X-3.


1️⃣  Zara Leola - Anak Sekolah


2️⃣ Diskoria, laleilmanino, BCL - Badai Telah Berlalu



4️⃣ GAC - Galih & Ratna


5️⃣ Hivi! Mata ke Hati